ACARA
II
PENGUKURAN
LONGITUDINAL FAKTOR FISIKA KIMIA KUNCI DI SEGARA ANAKAN
Disusun
oleh:
Nama : Dyan Nurlina
NIM :
H1K013016
Kelompok : 2 (dua)
Asisten :
Jamaludin
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Segara Anakan merupakan suatu laguna semi tertutup yang terhalang
oleh Pulau Nusakambangan dan dikelilingi oleh muara sungai dimana kondisinya
secara terus menerus mengalami penurunan lingkungan. (Pamungkas, 2003).
Perairan laguna berhubungan bebas dengan
laut, sehingga air laut dengan salinitas yang tinggi dapat bercampur dengan
dengan air tawar, menjadikan wilayah ini unik dengan terbentuknya air payau
dengan salinitas yang berfluktusasi. Kondisi
ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas perairan dimana produktivitas
estuari lebih tinggi (1500 g/m2/th) di banding produktivitas ekosistem laut
lepas (125 g/m2 /th) dan perairan tawar yang biasanya hanya berkisar 400 g/m2
/th (Sukamto dan I. Purnamanintyas, 2013).
Faktor
fisika kimia merupakan suatu faktor yang menentukan distribusi dari biota air
(Odum, 1971). Parameter-parameter fisika dan kimia yang biasa digunakan untuk
menentukan kualitas air antara lain salinitas. Salinitas merupakan parameter
penting dalam iklim maupun studi oseanografi. Pada saat ini kesedian data
salinitas air laut masih sangat terbatas. (Najid, 2012).
Salinitas
sangat bervariasi bila dibandingkan hasil penelitian. (Siregar et al., 2006),
karena salinitas di perairan laguna ini merupakan hasil keseimbangan antara
debit air tawar dari bagian hulu dengan pasang surut air laut. Salinitas di
perairan ini berkisar antara 0,2-12,4 ‰ dengan rata-rata 2,3 ‰ (tahun 2010),
dan 0,5-25,1 ‰ dengan rata-rata 8,1 ‰ (tahun 2011); serta kecerahan berkisar antara
25-140 cm dengan ratarata 59,8 cm (tahun 2010), 20-120 cm dengan ratarata 64,3
cm (tahun 2011). Akan tetapi faktor
yang paling mempengaruhi perubahan pola salinitas adalah pasang surut air laut.
Tempat yang memiliki perbedaan pasang surut yang cukup besar, pasang naik
mendorong air laut lebih jauh ke hulu estuarin, menggeser isohalin ke
hulu sehingga air bersalinitas maksimum (Dahuri, 2003).
1.2
Tujuan
Mengetahui pola longitudinal faktor
fisika-kimia kunci di Segara Anakan.
II.
MATERI
DAN METODE
2.1 Materi
2.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum yaitu hand
refraktometer atau Conductivity (alat pengukur salinitas) 1 unit, tali, botol
akuades, tisu dan stopwatch.
2.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan
pada praktikum yaitu air Segara
Anakan dan akuades secukupnya
2.2 Metode
|

|
||||
![]() |
|
||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||
|
||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||
|
||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||
|
2.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Ekologi Perairan ini dilaksanakan pada hari Jumat
dan sabtu, tanggal 7-8 November 2014 di Segara Anakan.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Data salinitas kelompok
1dan 2
No.
|
Waktu (menit)
|
Salinitas (ppt)
|
1
|
15 menit ke- 1
|
28
|
2
|
15 menit ke- 2
|
25
|
3
|
15 menit ke- 3
|
25
|
4
|
15 menit ke- 4
|
22
|
5
|
15 menit ke- 5
|
23
|
6
|
15 menit ke- 6
|
21
|
7
|
15 menit ke- 7
|
22
|
8
|
15 menit ke- 8
|
22
|
9
|
15 menit ke- 9
|
24
|
3.2 Pembahasan
Pola longitudinal adalah pola memanjang dari bagian hulu, tengah dan
hilir sungai. Pola ini digunakan di suatu perairan yang mengalir seperti sungai
dan berfungsi untuk mengetahui perubahan faktor fisika kimia suatu lingkungan
perairan dan mengetahui organisme yang hidup di perairan tersebut. Distribusi
longitudinal terjadi dimana kemiringan tidak jauh berbeda dari hulu ke hilir.
Perubahan longitudinal yang jelas
berhubungan dengan perubahan yang sangat terlihat yaitu suhu, kecepatan arus
dan pH (Odum, 1996).

Gambar 1. Diagram Pengamatan
Salinitas di Perairan Segara Anakan
Pada
praktikum didapatkan pola longitudinal di segara anakan yang bervariasi. Pengamatan
dalam pengambilan data dilakukan setiap 15 menit dan dilakukan selama 135 menit
atau setara dengan 2 jam 15 menit secara bergantian setiap 15 menit antara
kelompok 1 dan 2. Pengambilan data pada 15 menit ke-1 berada pada salinitas 28
ppt atau tidak terjadi stratifikasi yang berarti pada jalur air yang di lalui
perahu. Adanya stratifikasi salinitas pada setiap tempat sangat mempengaruhi terhadap
produktivitas perairan (Sukamto dan I. Purnamanintyas, 2013). Pada 15 menit ke-2 dan ke-3 mengalami penurunan
dari 28 ppt menjadi 25 ppt, 15 menit ke-4 lebih menurun dari 15 menit ke-1
yaitu dari 28 ppt menjadi 22 ppt, 15 menit ke-5 terjadi kenaikan dari 22 ppt
menjadi 23 ppt, 15 menit ke-6 mengalami penurunan kembali dari 23 ppt menjadi
21, 15 menit ke-7 dan ke-8 mengalami kenaikan dari 21 ppt menjadi 22 ppt, 15
menit ke 9 yang terakhir mengalami kenaikan salinitas dari 22 ppt menjadi 24 ppt. Dalam pengukuran sampel dengan
hand rafractometer sangat rentan terhadap kesalahan data, tingkat ketelitian
dalam menggunakan alat tersebut sangat di perlukan karena dari hasil praktikum yang
kami lakukan, data yang dihasilkan oleh setiap individu berbeda pendapat. Hal tersebut di karenakan salinitas di perairan laguna ini
merupakan hasil keseimbangan antara debit air tawar dari bagian hulu dengan
pasang surut air laut (Siregar et al., 2006). Menurut
(Armita, 2011) faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dan perubahan salinitas
yang terjadi pada suatu perairan disebabkan oleh adanya penguapan, curah hujan,
Air sungai, letak dan ukuran laut, arus laut, angin dan kelembapan udara yang
berpengaruh di atasnya.
Referensi lain mengatakan, salinitas
pada air muara sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada saat pasang, salinitas di daerah muara naik akibat air di muara
sungai bercampur dengan air laut, sedangkan pada saat surut, salinitas muara
sungai rendah akibat air di muara sungai didominasi air tawar (Hutabarat dan
Evans, 1997). Berdasarkan Penelitian tentang salinitas bahwa semakin tinggi salinitas maka semakin tinggi pula tekanan osmosis pada tubuh biota
terhadap lingkungannya, maka semakin besar pula energi yang diperlukan untuk
menyesuaikan diri. Salinitas di estuarin mempunyai kestabilan yang relatif
tinggi, yang berkisar 34 ppt - 35 ppt
(Odum, 1971).
VI.
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah
dilaksankan. Dapat di tarik kesimpulan bahwa pola longitudinal faktor fisika
kimia kunci di Segara Anakan memiliki pola yang bervariasi. Rata-rata salinitas
yang ada pada perairan segara anakan yakni 27 ppt atau berada di bawah standar
salinitas perairan pesisir yakni 28-35 ppt. Faktor kunci fisika kimia di segara
anakan adalah penguapan, curah hujan, Air sungai, letak dan ukuran laut, arus
laut, angin dan kelembapan udara yang berpengaruh di atasnya.
4.2 Saran
Pengukuran
sampel dengan menggunakan hand refractometer sebaiknya dilakukan dengan teliti
agar data yang di dapatkan akurat, dalam menggunakan alat diharapkan hati-hati
agar tidak terjadi kerusakan, diperlukan kerjasama yang baik antar
kelompok agar praktikum berjalan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Armita, Dewi. 2011.
Analisis perbandingan kualitas air di daerah budidaya rumput laut dengan daerah
daerah tidak ada budidaya rumput laut di dusun malelaya, desa punaga, kecamatan
mangarabombang, kabupaten takalar. Skripsi. Program Sarjana, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Dahuri,
Rohmin. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan, Orasi Ilmiah.
Institut Pertanian Bogor. (Rohmin Dahuri I).
Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1985.Penghantar Oseanografi. Universitas
Indonesia, Jakarta. 159 hal
Najid, Ahmad. 2012. Pola Musiman dan Antar Tahunan
Salinitas Permukaan Laut Di Perairan Utara Jawa-Madura. Maspari Journal, 2012,
4 (2). 168-177.
Odum,
E.P.1996. Dasar-Dasar Ekologi.
Diterjemahkan oleh Thahmosamingan. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Odum,
E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Thirth Edition. W.B. Saunders Co.
Philadelphia and London. 546 p.
Pamungkas, O. 2003. Struktur
dan Komposisi Hutan Mangrove di Segara Anakan Cilacap.Laporan Penelitian.
FPIK-Ilmu Kelautan Undip.
Siregar, A.S., E. Hilmi, &
P. Sukardi, 2006. Pola Sebaran kualitas air di laguna Segara Anakan Kabupaten
Cilacap. Sains Akuatik 10 (2): 127-133
Sukamto dan Purnamanintyas, Dyah Ika,
2013. Pengoprasian Alat Tangkap Jaring
Apong Di Segara Anakan Cilacap (Jawa Tengah). BTL., 11 (1). 5-8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar