Kamis, 01 Januari 2015

ACARA IV
ADAPTASI KAKI RENANG KEPITING BAKAU (Scylla serrata)




Disusun oleh:

    Nama                          : Dyan Nurlina
                                    NIM                            : H1K013016
     Kelompok                  : 2 (dua)
   Asisten                        : Jamaludin








JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO
2014

I.      PENDAHULUAN
1.1         Latar belakang
Kepiting bakau (scylla serrata) dikenal sebagai kepiting lumpur, kepiting Cina atau kepiting hijau, merupakan salah satu komoditas sumberdaya perikanan pantai ekonomis penting di seluruh wilayah Indo Pasifik. Penyebarannya di Indonesia ada di hampir seluruh perairan pantai, terutama dengan ekosistem mangrove (Moosa et al, 1985). Menurut Romimohtarta dan Juwana (2005) kepiting bakau yang hidup di ekosistem mangrove dapat beradaptasi untuk hidup di darat untuk saat yang lama. Selama di darat, ruang insang yang melindungi insang harus basah agar tetap dapat bernafas.
Menurut Kanna (2006) kepiting bakau (Scylla olivacea) memiliki ukuran lebar karapas lebih besar dari pada ukuran panjang tubuhnya dan permukaanya agak licin. Pada dahi antara sepasang matanya terdapat enam buah duri dan disamping kanan dan kirinya masing-masing terdapat sembilan buah duri. Kepiting bakau jantan memiliki sepasang capit yang dapat mencapai panjang hampir dua kali lipat dari pada panjang karapasnya, sedangkan kepiting bakau betina relatif lebih pendek. Selain itu, kepiting bakau juga mempunyai 3 pasang kaki jalan dan sepasang kaki renang. Kepiting bakau berjenis kelamin jantan ditandai dengan abdomen bagian bawah berbentuk segitiga meruncing, sedangkan pada kepiting bakau betina
melebar.
Dalam hutan mnagrove biasanya kepiting bakau yang lebih besar menyerang kepiting yang lebih kecil, dan melumpuhkannya dengan merusak umbai-umbai, kemudian merusak karapas menjadi potongan-potongan dan mengambil bagian-bagian yang lunak dari mangsanya untuk dimakan. Menurut Arriola (1940) dalam Moosa et al. (1985) kepiting bakau adalah organisme pemakan segala bangkai (omnivorous – scavenger) dan pemakai sesama jenis (canibal).
Populasi kepiting bakau secara khas berasosiasi dengan hutan bakau yang masih baik, sehingga hilangnya habitat akan memberikan dampak yang serius pada populasi kepiting. Status bioekologi kepiting bakau yang berhubungan dengan biologi populasi dan pengelolaannya perlu dipahami untuk mendukung pengembangan dari perikanan tangkap dan budidaya kepiting bakau yang berkelanjutan (LEVAY, 2001 dalam Irmawati et al., 2010). Pertumbuhan, mortalitas, rekruitmen dan laju eksploitasi kepiting bakau dapat digunakan untuk menentukan tingkat penangkapan optimum (MSY) yang merupakan landasan dalam kebijakan pengelolaan penangkapan kepiting bakau (SPARRE & VENEMA, 1999 dalam Irmawati et al., 2010).
1.2         Tujuan
 Mengetahui perbedaan lebar kaki renang jantan dan betina pada  kepiting bakau Scylla serrata (hidup di hutan mangrove).




II.               MATERI DAN METODE
2.1         Materi
2.1.1   Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah jangka sorong dan alat tulis.
2.1.2   Bahan
Objek yang digunakan pada praktikum ini adalah kepiting bakau (Scylla serata) jantan sebanyak 6 ekor dan betina 6 ekor.
2.2         Metode

2.2.1        Prosedur Kerja

1.      Tiap regu melakukan pengukuran data berupa lebar karapas dan lebar lebar/panjang kaki renang Scylla serrata jantan dan betina
2.      Tiap regu melakukan pengukuran dari sumber (pengepul) minimal 6 ekor jantan dan 6 ekor betina kepiting bakau (Scylla serrata).
3.      Data yang didapat lalu dimasukan ke tabel.

2.2.2        Analisis Data

1.      Data ukuran lebar dan panjang kaki renang Scylla serrata jantang dan betina dianalisis sebarannya menggunakan Microsoft Excel 2013 dan di buat diagram batang.
2.      Kemudian data tersebut dianalisis perbedaannya menggunakan SPSS berupa Independent Samples T-Test.



III.           HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1         Hasil
Tabel 1. Pengukuran kaki renang (pleopod) kepiting bakau (Scylla serrata)
No
Spesies
Jenis Kelamin
Lebar Karapas (cm)(K)
Lebar Swimming Pad (cm) (L)
Panjang swimming pad (cm)(P)
L/K
P/K
1
Scylla serrata
Betina
10.2
1.22
4.3
0.11
0.42
2
Scylla serrata
Jantan
8.62
0.8
3.71
0.09
0.43
3
Scylla serrata
Betina
8.91
0.8
2.91
0.08
0.32
4
Scylla serrata
Jantan
9.82
1.21
4.64
0.12
0.47
5
Scylla serrata
Jantan
10.01
1.31
4.9
0.13
0.48
6
Scylla serrata
Betina
9.05
1.3
4.2
0.14
0.46
7
Scylla serrata
Betina
6.74
0.69
2.62
0.10
0.38
8
Scylla serrata
Jantan
6.83
0.64
2.72
0.09
0.39
9
Scylla serrata
Betina
6.74
0.55
2.78
0.08
0.41
10
Scylla serrata
Betina
7.77
1.14
3.18
0.14
0.40
11
Scylla serrata
Jantan
9.44
1.39
4.66
0.14
0.49
12
Scylla serrata
Jantan
7.84
1.14
3.77
0.14
0.48
Ʃ


8.4975
1.015
3.69
0.11
0.43

3.2         Pembahasan
Klasifikasi kepiting bakau (Scylla serrata) menurut (Kasry, 1996) adalah sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
         Kelas : Malacostraca
                 Ordo : Decapoda
                        Famili : Portunidae
                                 Genus : Scylla
                                       Spesies : Syclla serrata



        kepiting.jpg


Kasry (1996) membuat ciri-ciri kepiting bakau adalah karapas berwarna sedikit kehijauan, di antara kiri kanan tungkai matanya terdapat enam buah duri, capit kanannya lebih besar dari capit kiri dan warna kemerahan pada kedua ujungnya, mempunyai tiga pasang kaki pejalan dan satu pasang kaki perenang yang terdapat pada ujung abdomen, dilengkapi alat pendayung.  Perbedaan pada kepiting jantan dan betina dapat diketahui secara eksternal. Kepiting bakau jantan mempunyai ruas-ruas abdomen yang berbentuk menyerupai segitiga pada bagian perut, sedangkan pada kepiting betina ruas-ruas abdomen lebih melebar dan sedikit membulat. Perbedaan lain  pada kepiting jantan pleopod berfungsi sebagai alat kopulasi sedangkan pada kepiting betina pleopod berfungsi sebagai tempat melekatnya telur (Moosa et al .,1985 dalam Asmara, 2004 ).
Hasil uji T test dengan menggunakan uji T Independent Sample menghasilkan  nilai t hitung sebesar 0,686 dan t tabel  1,812 dengan α sebesar 0,1, serta di dapat nilai  Sig 2 failed sebesar 0,5. Berdasarkan nilai tersebut dapat dijelaskan bahwa T hitung < T tabel dan Sig 2 failed > α , berarti kesimpulan yang di peroleh pada hipotesis awal diterima. Hal tersebut menunjukkan terdapat perbedaan antara lebar karapas kepiting bakau (Scylla serrata) jantan dan betina.  Hal ini disebabkan karena ukuran karapas kepiting bakau jantan lebih besar dibandingkan dengan kepiting bakau betina. Semakin ukuran karapas besar akan mempengaruhi lebar kaki renang (pleopod) terhadap kepiting bakau. Bentuk pleopod pada kepiting bakau juga dapat menjadi salah satu karakter pembeda. Pada pleopod kepiting bakau kelamin betina terdapat rambut yang lebih panjang, banyak, dan rapat (Wijaya N, 2011).
Hasil Uji T test, menghasilkan nilai t hitung sebesar 2.354 dan t tabel sebesar 1,812 serta di dapat nilai  Sig 2 failed sebesar , 0,04 dengan α sebesar 0,1. Berdasarkan nilai tersebut dapat dijelaskan bahwa T hitung > T tabel dan Sig 2 failed < α Sig 2 failed berarti kesimpulan yang diperoleh bahwa Ho ditolak dan Hi di terima, hal ini menunjukkan tidak terdapat Perbedaan antara rata-rata panjang kaki renang Scylla serrata jantan dengan Scylla serrata betina. Hal ini disebabkan untuk menentukan karakter pembeda antara Scylla serrata jantan dan Scylla serrata betina digunakan ukuran chela (capit). Umumnya Scylla serrata jantan dewasa memiliki chela yang berkembang cepat sehingga ukurannya lebih besar dibandingkan chela pada Scylla serrata betina. Ukuran chela yang besar berfungsi ketika mendekap atau mengapit kepiting bakau betina selama masa percumbuan yakni ketika kedua individu kepiting bakau ini berada dalam posisi “ doublers “ serta untuk membalik tubuh kepiting bakau betina ketika proses kopulasi akan berlangsung. Chela yang besar juga dibutuhkan kepiting bakau jantan untuk bertarung dengan jantan lainnya (Wijaya N, 2011).
Menurut Prianto (2007), walaupun kepiting mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam tetapi seluruhnya mempunyai kesamaan pada bentuk tubuh. Seluruh kepiting mempunyai Chelipeds dan empat pasang kaki jalan. Pada bagian kaki juga dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit. Chelipeds terletak di depan kaki pertama dan setiap jenis kepiting memiliki struktur Chelipeds yang berbeda-beda. Chelipeds dapat digunakan untuk memegang dan membawa makanan, menggali, membuka kulit kerang dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh. Di samping itu, tubuh kepiting juga ditutupi dengan Carapace. Carapace merupakan kulit yang keras atau dengan istilah lain Exoskeleton (kulit luar), berfungsi untuk melindungi organ dalam bagian kepala, badan dan insang.


VI.           KESIMPULAN DAN SARAN
4.1         Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara lebar dan panjang kaki renang (pleopod) pada kepiting bakau jantan dan betina. Rata-rata lebar dan panjang kaki renang kepiting jantan lebih besar dibandingkan rata-rata lebar kaki renang kepiting betina. Hal ini disebabkan karena ukuran karapas kepiting bakau jantan lebih besar dibandingkan dengan kepiting bakau betina. Semakin ukuran karapas besar akan mempengaruhi lebar kaki renang (pleopod) terhadap kepiting bakau. 
4.2         Saran
Untuk mengasilkan data yang akurat hendaknya praktikum ini dilakukan dengan teliti dan diperlukannya kerjasama yang baik antar anggota kelompok agar praktikum yang dilaksanakan berjalan sesuai harapan.



DAFTAR PUSTAKA
Ariola, F.J 1990. A. Preliminare Study of the Life History Larvae Story of Scylla serrata (Forskalk). Phil. J. Sci. 73:43-456.

Kanna, I. 2006. Budidaya kepiting bakau, pembenihan dan pembesaran. Kanisius. Yogyakarta.
Kasry, A. 1996. Budidaya Kepiting Bakau dan Biologi Ringkas. Penerbit Bharata. Jakarta.
Moosa, M.K., I. Aswandy, dan A. Kasry.1985. KepitingBakau Scylla serrata (Forskal) dariPerairan Indonesia.LON-LIPI, Jakarta.
Moosa, M. K . 1985. Kepiting Bakau (S. serrata. Forskal) Dari Perairan Indonesia. Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam Indonesia. Lembaga Oseanologi Nasional, Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia. Jakarta.
Prianto, E. 2007. Peran Kepiting Sebagai Spesies Kunci (Keystone Spesies) pada Ekosistem Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Banyuasin.
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2005. Biologi Laut : Ilmu pengetahuan tentang biota laut. Jambatan, Jakarta : 540 hal. 
Wijaya, Nirmalasari Idha et al., 2010. Biologi Populasi Kepiting Bakau (Scylla serrata F.) Di Habitat Mangrove Taman Nasional Kutai Kabupaten Kutai Timur. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 36(3): 443-461
Wijaya, Nirmalasari I. et al., 2011. “ Pengelolaan Zona Pemanfaatan Ekosistem Mangrove melalui Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Kepiting bakau (Scylla serrata) di Taman Nasional Kutai Propinsi Kalimantan Timur.” Bogor. Disertasi Institusi Pertanian Bogor.






LAMPIRAN
Lampiran Uji T-tes Menggunakan SPSS
Perbandingan Lebar dan Panjang Swimming Pad terhadap Lebar Karapas.
Group Statistics

Jenis Kelamin
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Lebar Swimming per Lebar Karapas
Jantan
6
.1183
.02317
.00946
Betina
6
.1083
.02714
.01108
Panjang Swimming per Lebar Karapas
Jantan
6
.4567
.03882
.01585
Betina
6
.3983
.04665
.01905
Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means




95% Confidence Interval of the Difference


F
Sig.
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
Lebar Swimming per Lebar Karapas
Equal variances assumed
.164
.694
.686
10
.508
.01000
.01457
-.02246
.04246
Equal variances not assumed


.686
9.759
.508
.01000
.01457
-.02257
.04257
Panjang Swimming per Lebar Karapas
Equal variances assumed
.006
.941
2.354
10
.040
.05833
.02478
.00313
.11354
Equal variances not assumed


2.354
9.680
.041
.05833
.02478
.00288
.11379



Tidak ada komentar:

Posting Komentar