ACARA
IV
ADAPTASI KAKI RENANG
KEPITING BAKAU (Scylla serrata)
Disusun
oleh:
Nama : Dyan
Nurlina
NIM :
H1K013016
Kelompok : 2 (dua)
Asisten : Jamaludin
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Kepiting bakau (scylla serrata) dikenal sebagai
kepiting lumpur, kepiting Cina atau kepiting hijau, merupakan salah satu
komoditas sumberdaya perikanan pantai ekonomis penting di seluruh wilayah Indo
Pasifik. Penyebarannya di Indonesia ada di hampir seluruh perairan pantai,
terutama dengan ekosistem mangrove (Moosa et
al, 1985). Menurut Romimohtarta dan Juwana (2005) kepiting bakau yang hidup di
ekosistem mangrove dapat beradaptasi untuk hidup di darat untuk saat yang lama.
Selama di darat, ruang insang yang melindungi insang harus basah agar tetap
dapat bernafas.
Menurut Kanna (2006) kepiting bakau (Scylla
olivacea) memiliki ukuran lebar karapas lebih besar dari pada ukuran panjang
tubuhnya dan permukaanya agak licin. Pada dahi antara sepasang matanya terdapat
enam buah duri dan disamping kanan dan kirinya masing-masing terdapat sembilan
buah duri. Kepiting bakau jantan memiliki sepasang capit yang dapat mencapai
panjang hampir dua kali lipat dari pada panjang karapasnya, sedangkan kepiting
bakau betina relatif lebih pendek. Selain itu, kepiting bakau juga mempunyai 3
pasang kaki jalan dan sepasang kaki renang. Kepiting bakau berjenis kelamin
jantan ditandai dengan abdomen bagian bawah berbentuk segitiga meruncing,
sedangkan pada kepiting bakau betina
melebar.
Dalam
hutan mnagrove biasanya kepiting bakau yang lebih besar menyerang kepiting yang
lebih kecil, dan melumpuhkannya dengan merusak umbai-umbai, kemudian merusak
karapas menjadi potongan-potongan dan mengambil bagian-bagian yang lunak dari
mangsanya untuk dimakan. Menurut Arriola (1940) dalam Moosa et al. (1985)
kepiting bakau adalah organisme pemakan segala bangkai (omnivorous – scavenger) dan pemakai sesama jenis (canibal).
Populasi kepiting bakau secara khas berasosiasi
dengan hutan bakau yang masih baik, sehingga hilangnya habitat akan memberikan
dampak yang serius pada populasi kepiting. Status bioekologi kepiting bakau
yang berhubungan dengan biologi populasi dan pengelolaannya perlu dipahami
untuk mendukung pengembangan dari perikanan tangkap dan budidaya kepiting bakau
yang berkelanjutan (LEVAY, 2001 dalam
Irmawati et al., 2010). Pertumbuhan,
mortalitas, rekruitmen dan laju eksploitasi kepiting bakau dapat digunakan
untuk menentukan tingkat penangkapan optimum (MSY) yang merupakan landasan
dalam kebijakan pengelolaan penangkapan kepiting bakau (SPARRE & VENEMA, 1999
dalam Irmawati et al., 2010).
1.2
Tujuan
Mengetahui perbedaan lebar kaki renang jantan
dan betina pada kepiting bakau Scylla serrata (hidup di hutan mangrove).
II.
MATERI
DAN METODE
2.1
Materi
2.1.1
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah jangka sorong dan alat tulis.
2.1.2
Bahan
Objek yang digunakan
pada praktikum ini adalah kepiting bakau (Scylla
serata) jantan sebanyak 6 ekor dan betina 6 ekor.
2.2
Metode
2.2.1
Prosedur Kerja
1. Tiap
regu melakukan pengukuran data berupa lebar karapas dan lebar lebar/panjang
kaki renang Scylla serrata jantan dan betina
2. Tiap
regu melakukan pengukuran dari sumber (pengepul) minimal 6 ekor jantan dan 6
ekor betina kepiting bakau (Scylla serrata).
3.
Data yang didapat lalu dimasukan ke
tabel.
2.2.2
Analisis Data
1. Data
ukuran lebar dan panjang kaki renang Scylla serrata jantang dan betina
dianalisis sebarannya menggunakan Microsoft Excel 2013 dan di buat diagram
batang.
2. Kemudian
data tersebut dianalisis perbedaannya menggunakan SPSS berupa Independent
Samples T-Test.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Tabel
1. Pengukuran
kaki renang (pleopod) kepiting bakau
(Scylla serrata)
No
|
Spesies
|
Jenis Kelamin
|
Lebar Karapas (cm)(K)
|
Lebar Swimming Pad
(cm) (L)
|
Panjang swimming pad (cm)(P)
|
L/K
|
P/K
|
1
|
Scylla serrata
|
Betina
|
10.2
|
1.22
|
4.3
|
0.11
|
0.42
|
2
|
Scylla serrata
|
Jantan
|
8.62
|
0.8
|
3.71
|
0.09
|
0.43
|
3
|
Scylla serrata
|
Betina
|
8.91
|
0.8
|
2.91
|
0.08
|
0.32
|
4
|
Scylla serrata
|
Jantan
|
9.82
|
1.21
|
4.64
|
0.12
|
0.47
|
5
|
Scylla serrata
|
Jantan
|
10.01
|
1.31
|
4.9
|
0.13
|
0.48
|
6
|
Scylla serrata
|
Betina
|
9.05
|
1.3
|
4.2
|
0.14
|
0.46
|
7
|
Scylla serrata
|
Betina
|
6.74
|
0.69
|
2.62
|
0.10
|
0.38
|
8
|
Scylla serrata
|
Jantan
|
6.83
|
0.64
|
2.72
|
0.09
|
0.39
|
9
|
Scylla serrata
|
Betina
|
6.74
|
0.55
|
2.78
|
0.08
|
0.41
|
10
|
Scylla serrata
|
Betina
|
7.77
|
1.14
|
3.18
|
0.14
|
0.40
|
11
|
Scylla serrata
|
Jantan
|
9.44
|
1.39
|
4.66
|
0.14
|
0.49
|
12
|
Scylla serrata
|
Jantan
|
7.84
|
1.14
|
3.77
|
0.14
|
0.48
|
Ʃ
|
|
|
8.4975
|
1.015
|
3.69
|
0.11
|
0.43
|
3.2
Pembahasan
Klasifikasi
kepiting bakau (Scylla serrata) menurut
(Kasry, 1996) adalah sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas
: Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus :
Scylla
Spesies : Syclla serrata
|
![]() |
Kasry
(1996) membuat ciri-ciri kepiting bakau adalah karapas berwarna sedikit
kehijauan, di antara kiri kanan tungkai matanya terdapat enam buah duri, capit
kanannya lebih besar dari capit kiri dan warna kemerahan pada kedua ujungnya,
mempunyai tiga pasang kaki pejalan dan satu pasang kaki perenang yang terdapat
pada ujung abdomen, dilengkapi alat pendayung. Perbedaan pada kepiting
jantan dan betina dapat diketahui secara eksternal. Kepiting bakau jantan mempunyai
ruas-ruas abdomen yang berbentuk menyerupai segitiga pada bagian perut,
sedangkan pada kepiting betina ruas-ruas abdomen lebih melebar dan sedikit
membulat. Perbedaan lain pada kepiting jantan
pleopod berfungsi sebagai alat kopulasi sedangkan pada kepiting betina pleopod berfungsi
sebagai tempat melekatnya telur (Moosa et al .,1985 dalam Asmara, 2004 ).
Hasil
uji T test dengan menggunakan uji T Independent Sample menghasilkan nilai t hitung sebesar 0,686 dan t tabel 1,812 dengan α sebesar 0,1,
serta di dapat nilai Sig 2
failed sebesar 0,5. Berdasarkan nilai tersebut dapat
dijelaskan bahwa T hitung < T tabel dan
Sig 2
failed > α , berarti kesimpulan yang di peroleh pada hipotesis awal
diterima. Hal tersebut menunjukkan terdapat perbedaan antara
lebar karapas kepiting bakau (Scylla serrata) jantan dan betina. Hal ini disebabkan karena ukuran karapas
kepiting bakau jantan lebih besar dibandingkan dengan kepiting bakau betina.
Semakin ukuran karapas besar akan mempengaruhi lebar kaki renang (pleopod) terhadap kepiting bakau. Bentuk
pleopod pada kepiting bakau juga dapat menjadi salah satu karakter pembeda.
Pada pleopod kepiting bakau kelamin betina terdapat rambut yang lebih panjang,
banyak, dan rapat (Wijaya N, 2011).
Hasil
Uji T test, menghasilkan nilai t hitung sebesar 2.354 dan t tabel sebesar 1,812
serta
di dapat nilai Sig 2
failed sebesar , 0,04 dengan α sebesar 0,1. Berdasarkan nilai
tersebut dapat dijelaskan bahwa T hitung > T tabel dan
Sig 2
failed < α Sig 2 failed berarti kesimpulan yang diperoleh bahwa Ho ditolak
dan Hi di terima, hal ini menunjukkan tidak terdapat Perbedaan antara rata-rata
panjang kaki renang Scylla serrata
jantan dengan Scylla serrata betina.
Hal ini disebabkan untuk menentukan karakter pembeda antara Scylla serrata jantan dan Scylla serrata betina digunakan ukuran chela (capit). Umumnya Scylla serrata jantan dewasa memiliki chela yang berkembang cepat sehingga
ukurannya lebih besar dibandingkan chela pada
Scylla serrata betina. Ukuran chela yang besar berfungsi ketika
mendekap atau mengapit kepiting bakau betina selama masa percumbuan yakni
ketika kedua individu kepiting bakau ini berada dalam posisi “ doublers “ serta untuk membalik tubuh
kepiting bakau betina ketika proses kopulasi akan berlangsung. Chela yang besar juga dibutuhkan
kepiting bakau jantan untuk bertarung dengan jantan lainnya (Wijaya N, 2011).
Menurut
Prianto (2007), walaupun kepiting mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam
tetapi seluruhnya mempunyai kesamaan pada bentuk tubuh. Seluruh kepiting
mempunyai Chelipeds dan empat pasang kaki jalan. Pada bagian kaki juga
dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit. Chelipeds terletak di depan kaki
pertama dan setiap jenis kepiting memiliki struktur Chelipeds yang berbeda-beda.
Chelipeds dapat digunakan untuk memegang dan membawa makanan, menggali, membuka
kulit kerang dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh. Di samping itu,
tubuh kepiting juga ditutupi dengan Carapace. Carapace merupakan kulit yang
keras atau dengan istilah lain Exoskeleton (kulit luar), berfungsi untuk
melindungi organ dalam bagian kepala, badan dan insang.
VI.
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan praktikum dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
antara lebar dan panjang kaki renang (pleopod)
pada kepiting bakau jantan dan betina. Rata-rata lebar dan panjang kaki renang
kepiting jantan lebih besar dibandingkan rata-rata lebar kaki renang kepiting
betina. Hal ini disebabkan karena ukuran karapas kepiting bakau jantan lebih
besar dibandingkan dengan kepiting bakau betina. Semakin ukuran karapas besar
akan mempengaruhi lebar kaki renang (pleopod)
terhadap kepiting bakau.
4.2
Saran
Untuk
mengasilkan data yang akurat hendaknya praktikum ini dilakukan dengan teliti
dan diperlukannya kerjasama yang baik antar anggota kelompok agar praktikum
yang dilaksanakan berjalan sesuai harapan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ariola, F.J 1990. A. Preliminare
Study of the Life History Larvae Story of Scylla serrata (Forskalk). Phil.
J. Sci. 73:43-456.
Kanna, I. 2006. Budidaya kepiting bakau, pembenihan dan
pembesaran. Kanisius. Yogyakarta.
Kasry, A. 1996. Budidaya Kepiting Bakau dan Biologi Ringkas.
Penerbit Bharata. Jakarta.
Moosa,
M.K., I. Aswandy, dan A. Kasry.1985. KepitingBakau
Scylla serrata (Forskal) dariPerairan Indonesia.LON-LIPI, Jakarta.
Moosa,
M. K . 1985. Kepiting Bakau (S. serrata. Forskal) Dari Perairan Indonesia.
Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam Indonesia. Lembaga Oseanologi Nasional,
Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia. Jakarta.
Prianto, E. 2007. Peran Kepiting Sebagai Spesies Kunci (Keystone
Spesies) pada Ekosistem Mangrove. Prosiding
Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai Riset Perikanan Perairan Umum.
Banyuasin.
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2005. Biologi Laut : Ilmu
pengetahuan tentang biota laut. Jambatan, Jakarta : 540 hal.
Wijaya, Nirmalasari
Idha et al., 2010. Biologi Populasi
Kepiting Bakau (Scylla serrata F.) Di
Habitat Mangrove Taman Nasional Kutai Kabupaten Kutai Timur. Oseanologi
dan Limnologi di Indonesia Vol. 36(3):
443-461
Wijaya,
Nirmalasari I. et al., 2011. “
Pengelolaan Zona Pemanfaatan Ekosistem Mangrove melalui Optimasi Pemanfaatan
Sumberdaya Kepiting bakau (Scylla
serrata) di Taman Nasional Kutai Propinsi Kalimantan Timur.” Bogor.
Disertasi Institusi Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran Uji T-tes Menggunakan SPSS
Perbandingan
Lebar dan Panjang Swimming Pad terhadap Lebar Karapas.
Group Statistics
|
|||||
|
Jenis
Kelamin
|
N
|
Mean
|
Std. Deviation
|
Std. Error Mean
|
Lebar
Swimming per Lebar Karapas
|
Jantan
|
6
|
.1183
|
.02317
|
.00946
|
Betina
|
6
|
.1083
|
.02714
|
.01108
|
|
Panjang
Swimming per Lebar Karapas
|
Jantan
|
6
|
.4567
|
.03882
|
.01585
|
Betina
|
6
|
.3983
|
.04665
|
.01905
|
Independent Samples Test
|
||||||||||
|
|
Levene's
Test for Equality of Variances
|
t-test
for Equality of Means
|
|||||||
|
|
|
|
95%
Confidence Interval of the Difference
|
||||||
|
|
F
|
Sig.
|
t
|
df
|
Sig.
(2-tailed)
|
Mean
Difference
|
Std.
Error Difference
|
Lower
|
Upper
|
Lebar
Swimming per Lebar Karapas
|
Equal
variances assumed
|
.164
|
.694
|
.686
|
10
|
.508
|
.01000
|
.01457
|
-.02246
|
.04246
|
Equal
variances not assumed
|
|
|
.686
|
9.759
|
.508
|
.01000
|
.01457
|
-.02257
|
.04257
|
|
Panjang
Swimming per Lebar Karapas
|
Equal
variances assumed
|
.006
|
.941
|
2.354
|
10
|
.040
|
.05833
|
.02478
|
.00313
|
.11354
|
Equal variances not assumed
|
|
|
2.354
|
9.680
|
.041
|
.05833
|
.02478
|
.00288
|
.11379
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar